Wednesday, February 14, 2007

Catper Argopuro II, 5 – 10 Februari 2007

Tidak ada seorang pun yang menaklukkan gunung, tapi gunung yang mengijinkan Anda, jika Anda berhak untuk itu, untuk berdiri beberapa saat di puncaknya.

- Gary P. Scott, pemandu gunung –

Rabu, 7 Februari 2007

Pagi – pagi sekali udah bangun. Langsung masak nasi plus lauk – pauknya. Kali ini menu sarapan lumayan nyaman. Nasi soupmerah plus ikan asin, tempe mendol, dan yang tak boleh lupa tentunya sambel kecap. Yummi…

Lagi - lagi molor. Schedule semula, berangkat ke Cisentor 08.00 WIB, but in fact, baru berangkat pukul 12.00 WIB. Wow, karet yang teramat sangat molor. Nggak di gunung, nggak di kota, jam karet tetap jadi pilihan. Made in Indonesia Man!!

Sebelum melanjutkan perjalanan ke Cisentor, sempat bertemu 10 anak Mapala Teknik UGM yang baru nyampe Cikasur. Setelah ngobrol dan minta bantuan untuk foto, kita pun pamit berangkat ke Cisentor duluan. Pos terakhir sebelum puncak, berjarak kurang lebih 5 km, yang di tempuh dalam 3 jam perjalanan dari Cikasur.

Rute kali ini melewati hutan belantara. Banyak pohon gosong bekas terbakar. Maklumlah, di musim kemarau, hutan Argopuro sering kebakaran. Berkali – kali kita harus berpikir keras menentukan arah jalan, yang sering hilang akibat jarang dilalui. Salah sedikit aja, bisa fatal akibatnya boi.

Sempat di kagetkan suara burung elang yang tiba – tiba terbang di depan saya. Sial, untung saja jantung masih normal, kalo nggak bisa say goodbey di sana. Beberapa ayam hutan juga banyak berkeliaran. Kalo saja gampang di tangkap, lumayan bisa buat makan malam menu sup ceker ayam hutan.

Ciri utama sebelum sampai Cisentor adalah jalanan turun yang lumayan panjang dan terjal. Untung saja, kali ini nggak turun hujan, sehingga jalanan nggak begitu licin dan resiko jatuh pun bisa dieliminir.

Kita sempat menemukan banyak pohon kecil berduri yang tumbuh di sepanjang jalan. Teman- teman biasa menyebutnya “Wet Jancokan” alias pohon jancokan. Kalo kena ini, di jamin pendaki asal Surabaya bakal spontan mengucapkan kata “Jancok”. Rasanya seperti kena setrum dan langsung gatel – gatel.

Salah seorang teman (Captain) sempat terjatuh dan menindih “Wet Jancokan”. Dengan spontan dia pun bangkit dan langsung meneriakkan kata favorit khas Suroboyo “Jancokkkk!!!!!”. Dasyat euy…

15.00 WIB sampai di Cisentor. Di sini juga ada aliran sungai tapi nggak sebesar Cikasur. Udaranya lebih dingin dari Cikasur. Tenda segera kita bangun tepat di pinggir sungai. Pertimbanganya, biar dekat ngambil airnya. Tak lama kemudian, sekitar 17.00 WIB anak Jogja juga sampai di Cisentor. Malam ini, kita punya waktu lumayan banyak untuk istirahat. Yah, lumayanlah buat himpun kekuatan demi puncak Argopuro….

Menurut planning semula, besok pagi pukul 5 bakal melanjutkan perjalanan ke puncak. Oiya, just informasi, puncak Argopuro ada 2, puncak Rengganis dan puncak Argopuro. Nah, selama ini yang sering di kunjungi adalah Rengganis. Begitu pun dengan teman – teman Temang. Belum ada yang pernah mencapai puncak Argopuro. Karena itu, kali ini semua bertekad untuk mencapai puncak Argopuro.

Kamis, 8 Februari 2007
Molor lagi….Ah, molor lagi…..ku tak mau….ah, terus begini…..

Nggak enak rasanya kalo nggak molor, apalagi tidur tadi malem kurang begitu nyenyak. Cisentor dingin banget Brrrr….

06.00 tet mulai berangkat. Udara pagi bener2 seger. Sepatu, celana, sempat basah kena embun rerumputan. Pelan tapi pasti kaki mulai beranjak meninggalkan Cisentor.

1, 5 jam kemudian, sampai di Rawa Embik. Kata Gondrong, perjalanan ke puncak tinggal separuhnya. Ya, semogalah si Gondrong nggak salah lagi. Oiy, saat ambil air di Rawa Embik, sempat melihat burung Merak dengan bulu biru indahnya berjalan menikmati pagi yang cerah. Sempet juga melihat babi hutan segede anak sapi yang lagi bercumbu di pinggir jalan. Gila tuh babi, pagi2 udah ngentot.

09.00 WIB, menginjakkan kaki di pucak Rengganis. Cuaca sangat cerah. Puncaknya biasa aja sih, mirip Welirang – Arjuno. Di sana, kita juga sempat melihat monumen in memoriam Anang, mahasiswa STIE Perbanas Surabaya yang meninggal tahun 1997. Sobat semoga kau tenang di sisi –Nya…Amien…..

10.25 WIB, setelah minum Energen plus Ovaltine sebagai tambahan energi, kita langsung turun dan menuju puncak Argopuro.

Sekitar 15 menit turun, di savana pertama kita menemukan persimpangan, kanan dan kiri. Kalo kanan berarti kembali ke Cisentor, kiri kemungkinan ke puncak Argopuro. Akhirnya kita pilih kiri.

Ternyata bener, jalur itu menuju puncak Argopuro. Melewati bukit yang lumayan tinggi dan terjal. Jalannya berbatu. Kiri jalan jurang berbatu. Salah berpijak berarti mati, atau paling nggak patah urat saraflah hehehe…

Sampai puncak Arca, kita bisa melihat keindahan Taman Hidup. Sebuah danau yang cukup besar dan sangat eksotik. Mirip Ranu Kumbolo di Semeru. Puncak Argopuro udah terlihat di depan mata. Tapi, rutenya sangat terjal. Kanan – kiri jurang bebatuan. Belum lagi kemiringan yang sangat curam, membuat kita merangkak layaknya climbing. Anjrittt!!!!

Setelah bersusah payah, kaki pun menginjakkan kaki di Argopuro. Puncaknya rimbun, kurang menawan. Di bandingin Rengganis, masih kalah jauh. Di sini, sempet ketemu anak Jogja, yang ternyata memilih ke Argopuro dulu, baru ke Rengganis.

Setengah jam di sana, langsung turun kembali ke Cisentor. Hujan kembali menyertai sampai ke Cisentor. Kaki keseleo, jalan ke Cisentor agak pincang.

Jumat, 9 Februari 2007
Waktunya turun…

Turunnya lintas jalur. Nggak ngelewati jalur waktu naik kemarin. Dari Cisentor ke Taman Hidup. Jaraknya berkilo – kilo. Kalo perjalanan naik dari Taman Hidup ke Cisentor, katanya sih bisa ditempuh selama 12 jam. Dengan catatan, jalannya stabil nggak banyak ngendonnya. Nggak stabil berarti nambah waktu lagi. Tapi, kalo turun, kira – kira 5 – 6 jam. Yah lumayan mantap juga sih rute.

Ketemu 3 pendaki Jakarta yang baru nyampe Cisentor. Katanya sih ngungsi ke gunung, males di Jakarta Banjir. Mangkanya bung, pindah aja ke Surabaya, nggak ada agenda banjir lima tahunan hehehe…

11.30 WIB start dari Cisentor. “Wet Jancoka” lebih gila lagi. Buanyak puoll. Sepanjang jalan di penuhi tumbuhan sialan itu. Medan yang berat. Apalagi banyak pohon tumbang yang menghalangi jalan. Jalan merunduk, jongkok, udah nggak kehitung berapa kali. Saran aja, kalo ke Argopuro lewat jalur ini mending, perbanyak latihan jalan jongkok, biar nggak nyesel.
Rumputnya juga naudzubillahimindzaliq, tingginya mencapai 2 meter lebih. Jadi susah cari jalannya. Naik – turun, naik lagi, turun lagi…ngelewati 7 bukit penyesalan yang benar2 membuat menyesal.

Setelah ngelewati hutan yang agak datar, sampai juga di Taman Hidup. Di hutan sempat terjadi tragedi konyol yang bikin mangkel.

Ceritanya, kita kan terpisah 2 kelompok, 4 orang di depan, 4 orang di belakang. Jaraknya lumayan jauh. Yang di depan, saya, Gondrong, Captain, Sudar. Sampai di hutan, 4 orang yang di depan terpisah lagi, 2 orang di depan (saya&Gondrong), 2 orang di belakang (Captain&Sudar).
Saat itu saya berpikir, Taman Hidup sudah dekat pastilah Captain & Sudar bisa jalan sendiri tanpa harus di tunggu, walau hari udah mulai gelap. Apalagi di tas Sudar ada senter untuk bantuan penerangan. Ternyata prediksi saya salah, Captain malah teriak – teriak manggil nama Gondrong tanya jalan yang bener yang mana.

Yang bikin mangkel bukan hanya sekali dia teriak, tapi berkali – kali. Kayak mau di makan macan aja. Dasar bencong!!! Akhirnya, Gondrong pun menyarankan untuk diam di tempat. Ntar kita susul, kalo kita udah nyampe Taman Hidup.

Nyampe Taman Hidup, saya dan Gondrong pun segera bergegas menjemput Captain yang ketakutan. Dan ternyata dia udah nggak ada di lokasi. Gawat, pikiran saya waktu itu macam2, jangan2 nih anak jadi santapan malam Macan. Pasalnya, di panggil – panggil pun nggak pernah ada jawaban.

Untungnya setelah melakukan pencarian 15 menit, ketemu juga tuh anak. Ternyata, dia kembali lagi ke arah 4 orang teman yang ada jauh di belakang. “Daripada kesasar”, kata si Captain. Oalah boi2, tampang aja sangar ternyata kowe juga penakut heuekekek….


Sabtu, 10 Februari 2007

Menikmati keindahan danau Taman Hidup di pagi hari mampu menyejukkan jiwa. Serasa lepas semua beban di pundak. Udara pagi yang dingin disertai kabut tipis membelai pipi, membuat dingin semakin menjadi. Apalagi sambil dengerin lagunya Roxette (judulnya lupa) dari i – pod si Lao, oh God…. so sweet….Seandainya yang duduk di samping saya adalah seorang wanita cantik, montok, dan berbudi baik, mau di entot.... oh betapa indahnya dunia….

13.30 WIB, abis sarapan dengan menu oseng – oseng telur, kentang goreng, plus sarden, langsung packing buat persiapan turun ke Bremi. Perjalanan kurang lebih 3 – 4 jam.

Belum lima menit jalan, udah di guyur hujan. Sangat deras. Bahkan rute yang kita lewati berubah jadi aliran air bah sangat besar. Sepandai – pandai tupai meloncat, kalo lewat jalur ini di jamin jatuh. Apalagi kita yang cuma manusia biasa. Jatuh – bangun udah biasa. Nggak kehitung lagi. Bukan Argopuro kalo nggak pernah jatuh.

Jalan licin makin menjadi saat mulai nyisir bukit. Sebelah kiri jurang terjal. Licin banget sampai – sampai harus jalan merangkak demi safety. Sempat terbesit pikiran, akankah semuanya berakhir di sini. Semoga saja tidak, masih ada ortu yang setia menunggu dan berdoa di rumah.

Bagi yang phobia lintah, disarankan nggak lewat sini. Karena pasti bakal kena. Kaki, tangan, semuanya penuh lintah. Bahkan celana dalam si Captain turut jadi serbuan lintah. Yeakkkk…..

Alhamdulillah, 18.00 WIB semua sampai dengan selamat di Bremi. Abis mandi langsung cari warung makan. Kepending turun ke Propolinggo, pasalnya angkutan udah nggak ada. Terpaksa, nambah semalam lagi, tidur di Polsek Bremi sambil maen kartu.

Besoknya, abis beli susu sapi segar, langsung packing dan balik ke Surabaya. Angkutan dari Bremi – Probolinggo Rp 5 rebu per kepala.

Argopuro berikan tantangan
Argopuro latih keberanian
Argopuro beri kenangan
Argopuro….
Semoga bisa kembali datang
bersama belantara lebatmu
hewan liarmu
keperawananmu
yang tak terjamah
Thank’s Argopuro…
Thanks God....


d' End






2 komentar:

yudha Febriana aka yud said...

cong ben oke tambahi poto pisan.. enak tenan iso munggah. Lak nang kene munggah lift jeh...

mickey said...

sip!!photo nyusul boi...wingi gak gawe kamera digital soale...munggah lift tapi nek duite akeh yo ora masalah ;p