Thursday, December 21, 2006

nggak ada yang salah

Kalau di suruh memilih antara film horror atau komedi, saya bakal memilih film komedi. Kenapa? tidak lain karena film komedi bisa menghibur (baca:membuat tertawa) dan itu menurut ilmu kedokteran sangatlah sehat. Kalau di suruh memilih lagi, antara film komedi dengan dengan film action, saya bakal memilih actin, karena sangat memacu adrenalin. And than, di suruh memilih lagi, antara film action dan sinetron, 100% saya pasti memilih sinetron. Lho kok?!!

Ya, sinetron. Apalagi kalau bintang ceweknya cakep2, dijamin bakal rutin ngikutin setiap episodenya, walau harus nunggu seminggu.

Orang boleh mengganggap saya bencong. Orang boleh mengganggap saya cengeng. Orang pun boleh bilang saya nggilani. Saya terima semua itu dengan lapang dada. Tanpa tentangan, tanpa pula emosi yang meledak.
Bagi saya, pendapat itu sangatlah wajar. Bahkan saya sendiri pun menganggap diri saya aneh. Satu sisi liar, satu sisi lagi sangatlah mellow.

it's a fact. Dengan sinetron saya bisa tertawa, sedih, geram, kadangkala nangis juga hehehe....nggak kok kalau yang terakhir guyon.

Bagi pria lain yang menyukai sinetron, jangan malu untuk mengakui, jangan takut di bilang bencong. Selera orang berbeda jack!!! Kalau perlu kita bikin Perkumpulan Pria Penyuka Sinetron (P3S) hehehe....Hidup Sinetron!!!!

Friday, December 15, 2006

Pecundang Sejati

12 Desember 2006

Saya heran, membaca statemen wapres RI, Jusuf Kalla yang memuji dan memintakan Maaf Yahya Zaini, anggota DPR yang terlibat kasus vidoe mesum bersama penyanyi dangdut Maria Eva. Bahkan di situ, Kalla juga mengaku bangga terhadap Yahya yang sudah berani bertanggung jawab dengan atas apa yang di perbuatnya. Bertanggungjawab? Kayaknya mata hati pak Kalla juga perlu di pakaikan kacamata.

Okelah, sebagai pimpinan partai Golkar, Kalla wajib melindungi anggotanya (Yahya Zaini). Tapi mbok ya jangan keterlaluan. Masak seorang Yahya yang bangsat di bilang bertanggungjawab.

Kalau memang dia bertanggungjawab, tentunya dia nggak bakal selingkuh dong. Secara sadar dia berani selingkuh berarti dia sudah tidak bertanggungjawab terhadap perkawinan serta keluarganya.

Apalagi saat pertama kali kasus ini mencuat, Yahya Zaini tidak berani muncul secara gentle ke hadapan publik untuk sekedar klarifikasi. Alasannya waktu itu, Yahya masih melakukan kunjungan kerja ke Australia.

Lihatlah ketika pertama kali muncul bersama sang istri. Sikap pengecut di tunjukan lelaki tambun itu. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut naifnya. Alangkah baiknya, kalau saat itu, dia meminta maaf kepada semua, termasuk publik. Tidak hanya diam, kayak orang blo’on yang gak punya otak dan perasaan.

Ketika sedang ada masalah dengan istri, dia lari ke wanita lain. Begitu mendapat masalah dengan wanita lain, berlindung di balik sang istri. Dasar buaya tambun gak punya otak!!!!!!

Ini bukti juga, bahwa Yahya bukanlah sosok bertanggungjawab yang pantas menjabat sebagai kepala bidang kerohanian partai Golkar. Apalagi harus menjadi wakil rakyat di DPR. Sangat, amat, tidak pantas!!!

Support Local Movement

12 Desember 2006

Madura merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup saya. Walau bukan Madura Asli, tapi saya sangat mencintainya. Mengagumi keindahan pulaunya, keramahan, serta appreciate masyarakat khususnya terhadap kaum pendatang seperti saya.

Saya terlahir di Malang tepatnya di Kodya Batu. Baru dalam usia satu tahun hijrah ke Madura, ikut jejak orang tua yang memang lebih dulu tinggal di sana sebagai guru SD.

Tentunya, masa kecil sampai remaja banyak saya di habiskan di sana. Bermain bersama masyarakat sekitar.

Masih terekam jelas dalam ingatan, setiap libur sekolah, berkejaran di pinggir pantai memperebutkan kerang kecil yang indah. Bangun pagi sebelum sang surya mengintip untuk sekedar mencari jangkrik aduan di sepanjang area sawah yang indah. Sebuah masa yang sangat memorable, penuh suka – cita dalam balutan kedamaian dan kehangatan.

Karena kecintaan itulah, begitu wacana “Madura Menjadi Provinsi” kembali mencuat saya sangat antusias dan berusaha mengetahui perkembangan selanjutnya.

Bagi saya, sudah saatnya Madura mengelola segala sesuatunya sendiri. Nunggu apalagi? Orang Madura bukanlah tipikal orang bodoh dan malas, yang harus di dikte dan di perintah setiap saat. Kultur masyarakat Madura terkenal dengan keuletan serta semangat pantang menyerahnya.

Kalau selama ini, Madura terlihat diam di tempat tanpa perubahan berarti, itu bukan sepenuhnya kesalahan masyarakat Madura. Tapi lebih dari pemerintah pusat yang enggan memberi kepercayaan kepada Madura.

Sangat wajar, kalau pemerintah pusat keberatan “memandirikan” Madura. Apalagi Madura sebuah pulau kaya. Sumber minyak bumi dan gas ada di sana. Lihatlah Blok Kangean, yang mampu menyuplai gas di hampir industri jawa timur.

Saya yakin, kalau Madura berhasil menjadi provinsi, perubahan significan pasti akan terjadi. Asalkan semua elemen masyarakat di sana saling mendukung dan bersatu demi sebuah perubahan. Amien.

Don't Try This!!!!

13 Desember 2006

Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Demi tubuh sehat, saya rela bangun pagi sekedar untuk berolah raga. Hal yang nyaris nggak pernah saya lakukan dalam beberapa tahun belakang.

Bukannya nggak suka olah raga sih. Bagus – bagus gini saya termasuk kategori freaksport. Mulai jogging, running, swimming, pokoknya yang serba berakhiran ing sering saya lakukan, tarmasuk pula making loving hehehe….

Berhubung “kesibukan” yang tidak bisa di tolelir, membuat saya enggan melakukannya lagi. Sumpah beberapa tahun belakangan rutinitas hidup sangatlah menyiksa. Bukan lagi karena “kesibukan” kerja atau kuliah, karena saya sudah tidak melakukan keduannya. Menyiksa karena “kesibukan” mata yang susah di ajak merem. Gejala imsonia menyerang saya.

Bayangin aja, setiap hari minimal saya baru bisa tidur jam satu malam. Sering juga, baru bisa tidur jam tiga pagi. Otomatis bangunnya tidak bisa seperti orang normal, yang bangun jam lima atau enam.

Sepagi –paginya bangun, paling cepat jam 9. itupun jarang banget. Nah, kalau udah gitu, masak saya harus olah raga di atas jam 9, di bawah sinar mentari yang menyengat? Ih, bukannya sehat malah gosong.

Namun, sejak sabtu (11/12/06) saya mulai bertekad menjadi tubuh sehat kembali, agar jiwa menjadi kuat.

Kegiatan pertama, pagi jam ½ 7 pergi ke kolam renang terdekat. Terpaksa nyisihkan duit 10 rebu buat karcis masuk. Puas berkubang selama kurang lebih 3 jam, saya pulang dengan perasaan puas, berharap ini menjadi awal bagus mewujudkan asa.

Apa yang terjadi ternyata di luar dugaan. Siang harinya, tubuh pada gatel. Padahal saya sudah membersihkan diri dengan sabun kesehatan number uno. Usut punya usut ternyata penyebabnya adalah air kolam yang kotor, terlalu banyak kaporite. Belum lagi berita dari mbak sepupu yang renang setelah saya. Dia bilang, kalau di kolam tadi ada juga pengunjung yang memanfaatkan untuk cuci baju, keramas, etc. Jancok!!!

Hari kedua, bangun pagi lagi. Jam 5. Abis sholat subuh, langsung warming - up di depan rumah sembari menikmati udara segar pagi hari. Selesai warming – up, langsung ambil 2 barbel, masing – masing berbobot 5 kg. Setelah angkat barbel 50X, langsung ambil posisi push – up. Melakukannya sebanyak 30X. Yeach…

Apa yang terjadi? Malam harinya, badan pegel semua. Lebih parah lagi, saat bangun ke esokannya. Otot terasa jarem. Cukup menyiksa.

Akhirnya, dengan terpaksa saya langgar tekad bulat untuk berolah raga. Hari ketiga, saya isi dengan tidur, tidur, dan tidur sampai sore, tanpa aktivitas berarti.

Ternyata olah raga tidak menyehatkan, apalagi sampai menguatkan. Yang ada malah badan pegel, dan otot jarem. Huh...

Monday, December 04, 2006

rawk yeach!!!!

5 Desember 2006

Satu kata: Puas!!! Itu ungkapan yang paling pas menggambarkan perasaan hati usai menyaksikan Konser Rock Legendaris yang di adakan di Balai Pemuda Surabaya beberapa waktu lalu. Walau tidak bisa menikmati dari awal sampai akhir, tapi sudah bisa mengobati sedikit kerinduan akan musik rawk.

Jujur, beberapa tahun belakangan ini, rawk Indonesia sempat mati suri. Festival ataupun konser musik pada jarang yang menampilkan musik rawk. Mereka lebih memilih R&B, Alternatif, Pop, etc. Mungkin karena memang itulah yang lagi in, dan layak jual. Banyak yang beranggapan rawk udah nggak bisa ng-hasilin duit. Sehingga banyak musisi muda yang lebih concern terhadap musik di luar rawk tadi. Rawk = Kere!!!

Musisi rawk sendiri juga terlihat kehilangan confidensi. Mereka mulai ragu akan eksistensi rawk itu sendiri. Hasil karya (baca:lagu) mereka pun terlihat sangat jauh dari kesan rawk. Musik yang tercipta cenderung lebih lembut dan cengeng. Bahkan tak sedikit juga yang apatis dengan tidak menciptakan karya lagi. Suatu kondisi yang sangat menyedihkan. Bandingkan dengan masa kejayaan rawk era 80 – 90. Semua menggilai rawk. Musik rawk terlihat sangat cadas, garang, menghentak, membangkitkan semangat. Walau ada yang melow tapi masih tetap kental nuansa rawk-nya.

Kalau bisa kembali ke roots awalnya, saya percaya, rawk masih sangat diminati. Bukti awal terlihat saat Konser Rock Legendaris kemarin, walau kurang promo-nya, banyak pecinta rawk yang datang. Bahkan, mereka yang di luar rawk pun rela hadir hanya sekedar untuk menikmati musik yang telah lama tak terdengar. Mulai tua-muda, pria – wanita, besar-kecil, semua tumpek-blek untuk memuaskan dahaga akan rawk. Mereka berjingkrak, larut dalam kedamaian.

Ini juga fakta, bahwa rawk bukan hanya milik kaum tua, rawk tidak identik dengan kerusuhan, rawk bukanlah musik udik yang kampungan. Rawk bisa menyatukan, rawk cinta damai, rawk never die!!!

Saya sangat berharap, acara itu menjadi titik balik kebangkitan musik rawk tanah air. Semoga di tahun mendatang bermunculan Ahmad Albar baru, Ian Antono baru, atau pun Ucok AKA baru. Yang sangat freak terhadap musik rawk, sehingga kita semua bisa sing a rawk song together dalam gigs yang membara yeach !!!!

Saturday, December 02, 2006

arti sebuah nama

2 desember 2006

Nama! Apa sih istimewanya sebuah nama? Mungkin bagi sebagian orang, nama tidak lebih dari untaian kata tanpa makna, yang hanya berfungsi sebagai pengingat terhadap sesuatu. Tapi bagi sebagian yang lain, nama bukanlah sekedar fungsi pengingat yang tanpa makna. Karena ada pesan bahkan harapan besar di baliknya. Nggak heran juga kalau banyak orang yang bersusah- susah menetapkannya.

Jangan di kira sepele lho!! Untuk memberikan nama “Juminten” pada sang buah hati, orang tua rela selamatan bubur merah tujuh hari tujuh malam, tanya ke kiai sana, tanya ke dukun sini. Belum lagi, tabur bunga tujuh rupa, di tujuh tempat keramat di daerahnya. Sebuah pengorbanan yang sangat keras bukan?!!.
Padahal, saat si anak duduk di bangku sekolah dasar atau sekolah lanjut, tak jarang dia menerima cibiran atas namanya itu. “Idih, hari gini masih pake nama Juminten?”. Atau “Juminten, ngapain pake sekolah segala, kalau akhirnya juga jadi pembantu?”. Masih ada lagi, “Eh, nama loe kuno. Nggak komersil!!!” Wow, bentuk ejekan yang mampu memerahkan telinga bin menyesakkan dada.

Akibatnya apa yang terjadi? Secara perlahan, Juminten pun mengalami de-namanisasi alias krisis / ketidakpedean terhadap nama. Begitu suatu saat, dia menjadi orang terkenal, sebut saja jadi artis, Juminten berusaha mengganti nama pemberian orang tua hasil tirakatan di gunung Dolly tadi dengan sebutan yang lebih keren dan layak jual. Misalnya, diganti dengan Jao Mien Tien.

De-namanisasi tadi pernah pula saya alami. Nyaris sama seperti yang di alami Juminten. Sebenarnya, saya terlahir dengan nama yang sangat keren, hasil pencampuran antara barat dan timur (maksudnya, Malang – Cirebon) yakni Mikael Candra Eka Saputro. Anehnya, nama panggilannya melenceng dari nama asli. Nggak tau siapa yang memanggil pertama kali dengan sebutan itu. Panggilan saya justru “Mickey”. Nah, ini yang menjadi biang kerok.

Saya menganggap, nama “Mickey” bukanlah sebuah nama yang keren dan enak di dengar. Apalagi banyak temen – temen keparat yang menambahkan suku kata “Mouse” di belakangnya, menjadi “Mickey Mouse” alias Mickey Tikus. Huh, sebel!!!

Akhirnya, saat di bangku SMA, saya pun berinisiatif mengubah nama panggilan menjadi Candra. Kedengaran lebih gagah dan macho!!!

Tapi yang terjadi malah jadi aneh. Setiap ada yang memanggil dengan sebutan Candra, saya merasa mereka bukan memanggil saya. Saya masih mengganggap nama saya masihlah Mickey dan akan tetap menjadi Mickey selamanya.

Dan sekarang saya baru menyadari ternyata nama “Mickey” itu unique, menarik dan pastinya nggak pasaran. Hanya ada dua di dunia. Satu di Indonesia, satunya lagi di Disneyland, Mickey Mouse….