Wednesday, May 31, 2006

Oh Rinjani Djangkarung



Kapan ya bisa ke Rinjani??? Menikmati indahnya Segara Anak. Moga ada waktu dan dana yg cukup Amien.....

Nih photo diambil dari blog-nya tototapalnise. Nice shot guys

Wednesday, May 24, 2006

bad time

Semua orang pasti pengin terhindar dari yang namanya “penyakit”. Nggak peduli itu penyakit fisik ataupun psikis. Karena hal itu sangat mengganggu. Apalagi kalau penyakit itu termasuk kategori penyakit menahun alias penyakit kambuhan dan udah jadi pengikut setia tubuh kita. Dijamin bakal tersiksa lahir-bathin. Sumpah!!!

Okelah kalau ada yang bilang, “Dibalik penyakit itu pasti ada hikmah positip yang bisa diambil”. It’s okay, saya tidak sepenuhnya menolak anggapan itu. Tapi untuk saat ini tolong sedikit buang pemikiran adanya “hikmah” tadi. Karena gara-gara “penyakit”, saya mengalami kejadian yang sangat menyiksa. Tiga kali kehilangan STNK sepeda motor!!!

Hah, trus apa hubungannya penyakit sama kehilangan STNK sepeda motor? Perasaan, nggak ada hubungan sama sekali??!! Oke, tahan dulu emosi Anda. Dengarkan dan simak penjelasan saya. Baru setelah itu komentar.

Lupa! Itulah penyakit yang sudah menggerogoti memori otak saya sejak lama. Bahkan belakangan ini kondisinya semakin parah. Bukan lagi sekedar lupa tapi bener-bener nggak bisa mengingat hal kecil yang sudah terjadi. Kondisi yang cukup kronis bukan? Tapi untungnya, masih agak jauh kalau mau dimasukkan dalam kategori pikun. Dan saya emang nggak pengin tergabung di komunitas pikun nasional. Karena saya masih muda. I’m 22 years old man!

Kehilangan pertama :
Ini terjadi kalau nggak salah tahun 2003 awal, saat saya masih pake sepeda motor Honda Grand keluaran tahun 2005. Untungnya beberapa hari kemudian ada orang yang menemukan dan berbaik hati mengantarkannya ke rumah. Walau untuk itu, tidak gratisan. Ya biasalah “salam tempel” khas Indonesia sebagai tanda terima kasih.
Dan anehnya, selama kurang lebih lima hari sejak kehilangan saya masih belum sadar kalau STNK saya raib. Baru setelah ada orang yang datang ke rumah, saya “ngeh” kalau beberapa hari ini udah jadi jagoan. Muter-muter kota Surabaya dengan sepeda kosongan tanpa STNK! Untung pak polisi lagi males razia.

Kehilangan kedua :
Awal tahun 2006 lalu. Ini cukup memalukan karena sepeda motornya pinjaman. Masih sama seperti kejadian pertama, ada orang yang mengembalikan. Cuma bedanya, kali ini dikembalikan langsung ke alamat pemiliknya seperti yang tertera di STNK, bukan ke rumah saya. Malu dong, udah dipinjemin eh malah ngilangin.
Dan lagi-lagi saya tidak bisa mengingat, apalagi secara persis kronologis kehilangannya. Lupa!!! Tiba-tiba kertas warna kuning berbungkus plastik mika itu hilang begitu saja.

Kehilangan ketiga :
Masih gres dikepala. Kejadiannya hari Jumat malam tanggal 19 Mei 2006. Sepeda motornya Honda Grand keluaran 1996 punya sodara. Nggak tahu juga hilangnya dimana. Sadar hilang pas sabtu pagi, sodara saya tanya STNK, sepedanya mau dipake ke kampus. Dicari di empat saku celana nggak ada. Di dua kantong jaket juga nggak ada. Akhirnya sampai pada satu kesimpulan, STNK kembali raib untuk ketiga kalinya!!!!
(lagi-lagi) Untungnya, ada orang yang telpon rumah dan mengabarkan kalau dia menemukan STNK saya yang sempat raib.

Yang menyakitkan. Ketiga-tiganya hilang saat kanker alias kantong kering. Padahal saya harus kasih “salam tempel” ke orang yang menemukan. So, solusinya gimana?! Yach apalagi kalau bukan dengan ngutang hehehehe….. VIVA NGUTANG!!!

Itulah sebagian kecil contoh kongkrit betapa tersiksanya mengidap suatu penyakit, apalagi kalau penyakit itu udah kronis dan sulit disembuhkan. Dan masih banyak contoh lain yg lebih parah dari itu...

Sunday, May 21, 2006

what amazing are you???




by boboat coratcoret.com

woman, what amazing are you
what a beautiful are you
what a mistery are you
wish that i could be part of you

woman why i'm so in love with you?
what is the mistery behind you?
which always bring me the jealousy
'cause i can't reach you in the reallity

woman i saw tenderness in your eyes
i saw happynes in your smile...
but i saw someone else in your heart
that the time when this all broken started

woman is the story of my life
woman is the story that i keep inside
woman is the only thing i need by my side
woman because of you i broke this heart

Saturday, May 20, 2006

she's so beautiful



Salah satu anugerah yang diberikan Tuhan kepada makhluknya adalah keindahan fisik. Karena keindahan fisik pula seorang wanita bisa dibilang cantik dan tampan bagi seorang lelaki.

Well, lepas dari permasalahan diatas. Saya termasuk salah satu pengagum wanita, khususnya yang bertitel "cantik". Kenapa? Karena mereka bisa memberikan kesegaran bagi mata saya yang mulai agak menua.

Karena hobi akan hal "cantik" itulah, setiap nge-net saya selalu membuka pornsite yang berisi wanita cantik. Tapi bukan berarti saya termasuk kategori cabul lho ya. Jujur aja sampai usia yang akan 23 ini, saya masih perjaka!!! Dan selalu berusaha menghormati wanita dari segala aspek. Artinya, kalo emang wanita itu nggak mengganggu (baca: bankitin birahi) nggak bakal saya ganggu....^_^

Okay, dari pengalaman buka pornsite tadi, saya dikit heran dan selalu bertanya "kenapa wanita cantik dan rata-rata usia muda itu mau berbuat itu?".

Padahal, jujur lagi nih ya, dari lubuk hati yang terdalam saya nggak keberatan kok untuk menjadikan salah satu dari mereka istri saya. Sumpah ^_^.

Yach, moga aja suatu saat Tuhan menganugerahkan saya jodoh yang cantik luar-dalam. Ehm...tapi kalo bisa jangan dari kalangan seperti cerita diatas deh takut juga euy heheheha....

not an addiction?

Orang kecanduan rokok? Itu biasa. Orang kecanduan narkoba? Udah banyak. Apalagi kalangan artis. Tapi kalo orang kecanduan internet? Nah ini nih yang agak bingung. Udah banyak apa nggak ya??? Banyak juga kali ya....

Dan salah satu pecandu internet itu mungkin adalah saya. Yeach, it's me. Belakangan ini intensitas nge-net saya sangat tinggi. Bahkan bisa dibilang udah melewati batas kewajaran dan sangat membahayakan!!!

Bayangkan, nggak nge-net sehari saja, pikiran langsung buntu. Tingkah laku berubah mirip kerbau pengin ngentot. Pokoknya serba nggak nyamanlah.

Dalam sehari setidaknya saya harus nge-net minimal dua jam. Mulai chatting, blogging, sampai browsing hal-hal yang nggak penting (baca: buka pornsite)

Mungkin bagi Anda, intensitas nge-net diatas masih dalam batas kewajaran bahkan masih jauh dari standar membahayakan. Tapi bagi saya, walau "hanya" dua jam dalam sehari, aktivitas itu benar-benar mengerikan!! Apa sebab?

Yup, you're right. Tidak lain dan tidak bukan karena kondisi finansial saya yang serba kekurangan. Apalagi selama ini aktivitas nge-net selalu saya lakukan di warnet. So, bisa ditebak pengeluaran yang harus saya tanggung dalam sebulan.

Asumsikan saja, satu jam nge-net = Rp. 3000,-. Dikalikan dua = Rp.6000,- (2jam x Rp.3000,-). Dalam sebulan 30 x Rp.6000,- = Rp. 180.000,-. Padahal pemasukan dalam sebulan nggak lebih dari 350 rebu. Itu pun 175 rebu masih kepotong buat bayar Spp. Jadi bisa dibayangkan betapa mengerikannya kecanduan yang saya alami. Demi nge-net rela kelaparan. Parah banget khan? Mungkin ada temen yang punya solusi baek untuk itu????!!!!

Friday, May 19, 2006

Mahmoud Ahmadinejad


180606


Apa yang ada dikepala kamu saat mendengar kata Amerika? Hollywood, demokrasi, kebebasan, atau malah penindasan? Yeah it’s up 2 u. I know, beda kepala pastilah beda pemikiran.

Tapi kalau pertanyaan itu diajukan ke saya, Amerika tidak lebih sebagai negara kerdil, pengecut, penakut yang bertindak SOK bijaksana.

Setiap langkah yang diambil selalu mengatas namakan perdamaian dunia. Padahal faktanya, mereka tidak pernah menjaga perdamaian. Mereka selalu membuat onar, selalu merusak ketentraman, suka memperkeruh suasana dengan cara ikut campur urusan negara lain. Mereka terlalu takut ke-superpoweran-nya tersaingi.

Salah satu bukti sebagai negara yang penakut adalah larangan untuk meneruskan program reaktor nuklir plutonium milik Iran. Alasannya program itu bisa mengancam perdamaian dunia. Huakakak…. Ngomong aja kalau kalian takut tersaingi. Takut di bom atom Iran.

Untung dan hebatnya, presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad bukan seperti presiden-presiden Indonesia yang selalu tunduk terhadap perintah White House.
So, Ahmadinejad pun dengan tegas menolak larangan itu dan memastikan akan tetap melanjutkan program nuklir itu.

Yeah, keberanian yang patut diacungi jempol. Biarpun kondisi fisik Ahmadinejad kecil, tapi dia mampu menentang negara Adi Daya Sok Kuasa sekelas AMERIKA!!!!
Hidup Ahmadinejad!! Hidup Iran!

Salute to Mark Inglis


180606

Kekurangan fisik bukanlah penghalang dalam meraih cita. Asal ada kemauan, jalan membentang pasti terbuka lebar. Salah satu bukti ditunjukan pendaki gunung asal Selandia Baru, Mark Inglis, 47.

Pria paroh baya itu berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest dengan menggunakan dua kaki palsu yang terbuat dari prostetik dalam waktu satu bulan lebih sepuluh hari.

Hebatnya lagi, Mark mencatatkan diri sebagai pendaki pertama yang berhasil mencapai puncak Everest dengan kaki teramputasi. Wow, it’s a amazing!

Padahal untuk orang normal secara physically, mendaki gunung dengan ketinggian 8.848 meter dpl (dibawah permukaan air laut) bukanlah perkara mudah. Banyak pendaki yang pulang dengan kondisi sangat mengenaskan. Mulai dari yang menderita radang beku, hipertensi, hilang akal, sampai pulang tinggal nama alias MATI!!!

Sekali lagi, five tumbs up buat Inglis!!!

Wednesday, May 17, 2006

Like a Lelucon

Tadi malem jam 23.30an aku sempatin nonton tipi. Setelah pencat-pencet remote, pindah dari satu channel ke channel lain, akhirnya aku dapet acara yg menurutku lumayan oke walau agak berat dikit. Liputan 6 petang!

Kebetulan waktu itu ada sesion diskusi tentang penghentian pemeriksaan mantan presiden Soeharto.

Moderatornya cowok yg biasa bawain berita di liputan 6 SCTV. Narasumbernya ada empat orang salah satunya yang aku ingat adalah Amien Rais, ditambah Jaksa Agung yg dihadirkan secara teleconference.

Sebenarnya tujuan diskusi itu seperti diucapkan moderatornya adalah klarifikasi tentang surat penghentian pengusutan Soeharto karena masyarakat banyak yg tidak terima dengan itu.

Selain itu,juga mencari solusi terbaik. Langkah apa yang harus diambil setelah itu? pasalnya penghentian kasus ini jelas menodai agenda serta tujuan reformasi yg bergulir beberapa tahun silam.

Yang bikin gemes plus gregetan, sampai acara berakhir (acaranya 30 menit) klarifikasi serta solusi yg diharapkan tidak tercapai.

Yach, jangankan titik temu, benang merah diskusi pun rasanya tidak pernah ketemu. Lha wong masing-masing orang yang ikut disana sama-sama bawa ego dan kepentingan masing-masing. Ya sulit lah...

Well, kalo aku boleh berpendapat, tapi maaf dulu buat teman-teman aktivitis '98 bukannya aku penghianat reformasi. Lebih baik hentikan aja kasus ini secara pidana. Toh, usia Soerhato udah uzur (85), udah penyakitan, cepat atau lambat juga bakal "menghadap", ya khan?!

Tapi secara perdata kasus ini harus tetap diusut. Dan Jaksa Agung dalam hal ini harus fair dan Adil.

Huakakak...sok politis.
Sori tulisannya agak gak nyambung.....

Wednesday, May 10, 2006

Reuni Garis Kiri Det

100506

080506, 07.30 WIB, Warnet Mulyosari

Iseng buka friendster siapa tau ada testi, message, ato friends request masuk. Jebrett….. oh ternyata ada 1 message dan 1 testimonial. Yah lumayanlah daripada kosong.

Buka testi dulu. Dari Top isinya nggak seberapa penting hehehe… ( nggak kok Top guyon ). Isinya : monyeeeeeeeetttttttttttttttttt...kemane aja gak keliaten.. udah sempet mampir ke neraka.. heheheh...

Back to home, setelah itu open a message. Ternyata dari Hendra a.k.a Tompel. Isinya : suuu ayo kumpul...kabarono aku... telpono aku yo nang 0818395xxx ato 60586xxx ato 70709xxx
hehehehe....oke.... :p.


Abis nge-net langsung telpon Tompel. “Bla bla bla bla bla bla bla bla bla bla ….”. Intinya Tompel ngajak cangkruk.

Setelah aku coba hubungi anak-anak yang lain, ternyata mereka juga nggak keberatan. Okeh, akhirnya aku putusin tempatnya di Atos Café, gang setan Jl. Basuki Rahmad. Jamnya sekitar jam 9-nan.

090506,19.00 WIB, Sweet Home, Warnet Mulyosari, Atos.

Saudara sepupuku ngajak ke warnet. Dia pengin diajarin nge-net sekalian mau bikin email.

Selesai ngasih tutorial. Aku coba telpon Tompel. Ternyata dia sama anak-anak lain sudah pada ngumpul di Atos.

Oh my God, ternyata aku baru sadar sekarang waktu sudah menunjukan pukul 21.30 WIB. Berarti aku terlambat 30 menit dari janji semula.

Nganterin sepupu balik. Trus langsung cabut ke Atos. Wusssss…… Sampai di Atos sudah ada Tompel, Mi’un, Lutfi, Fiki.

Oh ya, diantara lima orang yang ada disitu, hanya Fiki akademia yang masih bertahan. Yang lainnya tereleminasi dan mengundurkan diri.

Minta maaf atas keterlambatan, setelah itu langsung ngobrol lepas. Topik pembicaraan nggak jauh-jauh, masih seputar Det beserta orang-orangnya. Ya, sedikit-sedikit juga diselingi pembicaraan “jorok” tentang akademis (baca:kuliah).

Malam itu semua kenangan “indah” selama masih bersama di Det kembali dibuka. Mulai proses eliminasi Aku, Tompel, Mi’un, sampai proses mengundurkan diri Lutfi.
Agak malam dikit. Buz, Aldi, Oloy datang. Obrolan pun makin seru. Apalagi setelah Ode nyusul. Gelak tawa makin bergairah.

Semua tertawa penuh keakraban. Semua gembira layaknya kawan yang telah lama tak bersua. It’s very nice…..

Semoga kebersamaan dan keakraban itu tetap terjaga sampai kapanpun juga. Buktikan bahwa garis kiri juga BISA!!!!

Friday, May 05, 2006

Alhamdulillah

020506

Setelah dua minggu ngebut ngerjain Bab I,II,III. Nahan ngantuk akibat bangun pagi demi ketemu dosen pembimbing……..

Akhirnya dapat ACC juga untuk ujian seminar. Nggak masalah walau pelaksanaannya masih satu bulan lagi.

Moga aja revisian ujian seminar sedikit atau kalau bisa tanpa revisi. Abis itu, langsung ngerjain Bab IV, V. Trus langsung ujian Lisan, dan….. LULUS!!! Amien……

Oh maSa dEpan

250406

Berbuat kebaikan nggak semudah membalikkan telapak tangan. Selalu aja ada kendala. Yang kurang ini, kurang itulah, karena ini-itulah. Banyaklah kendalanya.

Aku bisa ngomong begini karena udah ngebuktiin sendiri. Seminggu lalu, aku udah bertekad segera nyelesain skripisiku (baca blog sebelumnya).

Prepare untuk itu benar-benar aku persiapkan dg matang. Sampai akhirnya bendelan skripsi Bab I,II,III, berhasil aku serahkan ke dosen pembimbing.

Oleh dosen pembimbing, aku disuruh ngambil revisiannya tiga hari lagi. Okelah nggak masalah, yg penting skripsiku jalan, nggak cuman bab niat doang.

Setelah tiga, aku hubungi dosenku memastikan pengambilan skripsi. Ternyata jawaban yg aku terima kurang begitu memuaskan. “Sori mikael, skripsimu msh belom diperiksa. Besok atau lusa baru bisa kamu ambil. Soalnya beberapa hari ini ibu sibuk banget. Sori ya,”.

Walau kecewa aku tetap berusaha menerimanya….

Esok harinya, “Ibu gimana, skripsi saya. Sudah diperiksa?”. Dan ternyata jawaban yang aku terima lebih menyakitkan lagi.
“Ehm…sori banget ya, skripsi kamu hilang. Udah ibu coba cari dikantor, dirumah, tapi tetap aja nggak ada. Bisa nggak di-print lagi? Sori lho ya…”.

Lalalala…Dududuu……

Who’s the Next ?

050506

Deteksi kembali memakan korban! Beberapa hari lalu, akademia Det (surveyor) Zainal a.k.a Mi’un, harus di “eliminasi” dalam “Konser Evaluasi” para koordinator.

Kalau dalam konser AFI, peserta eliminasi adalah mereka yang menampilkan performa kurang memuaskan dan perolehan polling sms-nya berada dalam urutan paling bawah.
Dalam eliminasi akademia Det ini, Mi’un harus rela meninggalkan asrama “Sangkar Emas” karena alasan yang nggak jelas dan terkesan dibuat-buat.

Berdalih karena sering meresahkan akademia lain, para koordinator pun dengan beringas menghantamkan tangan besinya tepat ke ulu hati. Alhasil, Mi’un yang selama ini terkenal tangguh dan licin pun tersungkur.

Waduh, emang meresahkan gimana ya sampai harus bertindak “kurang manusiawi” seperti itu? Merampokkah dia? Memperkosakah dia? Mencuri uang perusahaankah dia?

Bukan, bukan itu sodara. Mi’un dianggap meresahkan karena sering meminjam uang a.k.a ngutang kesesama akademia khususnya para surveyor. Dan hal ini dianggap sesuatu yang sangat meresahkan oleh tim koordinator karena bisa mengganggu suasana “kondusif” asrama.

Huakakkakak.... Ada-ada saja akal-akalan koordinator. Sebenarnya siapa sih yang sangat meresahkan?

Huh,Suatu ketakutan yang sangat berlebihan sampai-sampai bikin alasan untuk eliminasi saja nggak becus! Hueekkk….

Untuk Mi’un: Nyantai aja, jalan hidup masih panjang. Seharusnya kamu bersyukur bisa terbebas dari pekerjaan hina. Nggak perlu dendam sampai harus balas dendam. Kebusukan suatu saat pasti akan terbongkar. Hidup Zainal a.k.a Mi’un !!!!!!!

Who’s the Next ?

050506

Deteksi kembali memakan korban! Beberapa hari lalu, akademia Det (surveyor) Zainal a.k.a Mi’un, harus di “eliminasi” dalam “Konser Evaluasi” para koordinator.

Kalau dalam konser AFI, peserta eliminasi adalah mereka yang menampilkan performa kurang memuaskan dan perolehan polling sms-nya berada dalam urutan paling bawah.
Dalam eliminasi akademia Det ini, Mi’un harus rela meninggalkan asrama “Sangkar Emas” karena alasan yang nggak jelas dan terkesan dibuat-buat.

Berdalih karena sering meresahkan akademia lain, para koordinator pun dengan beringas menghantamkan tangan besinya tepat ke ulu hati. Alhasil, Mi’un yang selama ini terkenal tangguh dan licin pun tersungkur.

Waduh, emang meresahkan gimana ya sampai harus bertindak “kurang manusiawi” seperti itu? Merampokkah dia? Memperkosakah dia? Mencuri uang perusahaankah dia?

Bukan, bukan itu sodara. Mi’un dianggap meresahkan karena sering meminjam uang a.k.a ngutang kesesama akademia khususnya para surveyor. Dan hal ini dianggap sesuatu yang sangat meresahkan oleh tim koordinator karena bisa mengganggu suasana “kondusif” asrama.

Huakakkakak.... Ada-ada saja akal-akalan koordinator. Sebenarnya siapa sih yang sangat meresahkan?

Huh,Suatu ketakutan yang sangat berlebihan sampai-sampai bikin alasan untuk eliminasi saja nggak becus! Hueekkk….

Untuk Mi’un: Nyantai aja, jalan hidup masih panjang. Seharusnya kamu bersyukur bisa terbebas dari pekerjaan hina. Nggak perlu dendam sampai harus balas dendam. Kebusukan suatu saat pasti akan terbongkar. Hidup Zainal a.k.a Mi’un !!!!!!!

Tuesday, May 02, 2006

Don’t be OMBS!!!!

150106

Sebagai seorang mahasiswa yg baek (biarpun semesternya udah kelewat batas) tetap aja aku harus mematuhi peraturan yang ada dikampus, mulai dari masalah akademik, birokrasi, sampai masalah bayar spp.

Ngomogin bayar Spp, aturan yang berlaku dikampusku (maybe it’s same like others colleges), selama mahasiswa masih belum dinyatakan lulus ujian skripsi, setua apapun dia, tetap diwajibkan membayar uang sekolah yg beken dengan sebutan Spp tadi.

Kebetulan untuk angkatanku (2001), biaya yg dipatok pertahun sebesar 1,8 jeti. Bisa dibayar langsung satu tahun, bisa per semester, dan bisa pula dengan cara bulanan. Berhubung aku termasuk kaum pinggiran yang terbiasa membayar segala sesuatu dengan cara kredit alias nyicil dan tak jarang ngutang, option ketiga jadi pilihan favorit.

Rinciannya, tiap bulan aku harus membayar 175 rebu, kecuali pada bulan Agustus sebesar 400 rebu dan Februari 350 rebu. Dan bebas bayar pada bulan Juli, September dan Januari. Jadi kalo di total biayanya tetap sama yakni 1,8 jeti.

Nah, berhubung aku (lagi-lagi) termasuk kategori OMBS (Orang Males Bayar Spp), cicilan tiap bulan tadi masih banyak yg sering ke-pending (baca:nunggak).

Salah satu contoh konkrit, gress, dan sukses bikin kepala pusing tujuh keliling adalah spp bulan Desember kemaren.

Harusnya uang sialan itu harus sudah aku setor ke Bank Mandiri* selambat-lambatnya tanggal 10. Tapi sampai pertengahan bulan, uang sebesar 175 rebu itu masih tetap dalam genggaman.

Bisa ditebak, seiring dg makin menuanya tanggal (apalagi uang jajan sudah sakaratul maut) uang tadi pun sedikit demi sedikit mulai menyusut sampai akhirnya lenyap tanpa bekas. Spp pun sukses tak terbayar. S**t!

Jujur aja, nggak ada niat buat nunda pembayaran itu. Tapi cuaca yg tidak menentu kala itu (hujan sering muncul tiba-tiba) bikin aku males melangkahkan kaki ke bank yg berjarak 5 km dari rumah. Sumpah, bawaannya pengin meluk guling mulu! Mending klesetan di kamar sambil ngebayangin em-el bareng Mariana Renata, uch…

Memasuki bulan Januari, aku dapet subsidi dari ortu (maklum pengangguran) sebesar 500 rebu. 175 rebu aku anggarkan buat bayar tunggakan uang sekolah sisanya aku gunakan untuk meminimalisir tumpukan utang yang makin tak terbendung.

Tapi lagi-lagi kejadian memilukan terulang. Akibat MBS, uang Spp pun kembali hangus tak berbekas. Padahal bulan Februari besok, aku harus bayar 350 rebu. Belum lagi ketambahan denda keterlambatan 5 rebu tiap bulannya.
Jancokk bayar atek duek opo iki?!!!!!!!!!!!


Bank Mandiri : tempat biasanya aku bayar spp

nasib....nasib....

050106

Lepas dari Det JP, roda kehidupanku blom juga menunjukan titik terang. Sempat kerja di salah satu majalah free lokal pada awal Nopember 2005, tapi akhirnya harus cabut di akhir tahun 2005.

Dua bulan yang singkat sekaligus mengenaskan. Kenapa? Karena selama kerja 2 bulan itu aku hanya digaji 1 bulan! Kok bisa?

Jadi ceritanya begini sodara:

Aku resmi tanda tangan kontrak dengan majalah itu tanggal 23 Oktober 2005 pas bulan puasa. Nah, berhubung waktu itu waktunya mepet buanget ama lebaran, jadinya pihak majalah itu ngasih kebijakan untuk mulai aktif bekerja per tanggal 7 Nopember sehabis lebaran. Dan ternyata tanggal itu pula yang dijadikan patokan pihak majalah untuk membayar dana pengganjal perut alias gajiku.

Bulan pertama kulalui hari ditempat baru dengan suasana lumayan indah. Ngobrol bareng teman baru, cangkruk di depan kantor sembari menghisap inter kesayangan. Curi makanan dari dapur kantor dikala perut mulai “konser”. Dan yang pasti mulai aktif menulis lagi. Kegiatan yang udah dua bulan lebih aku tinggalkan.

Awal kerja membuat aku kembali bisa tertawa, apalagi kalo hitungan tanggal mulai mendekati angka keramat (baca: tujuh). Bisa dipastikan senyuman bakal selalu tersungging bibir manisku.

Memasuki bulan kedua, masalah mulai datang. Aku merasa dana pengganjal perut yang aku terima masih blom mampu mengganjal perutku yang kata teman-teman emang mempunyai lempeng besar.

Setelah beberapa hari otak dipenuhi pikiran yang teramat menyulitkan, akhirnya tanggal 31 Desember aku membuat keputusan berani plus konyol. Yup, aku memilih cabut dari pekerjaan itu.

Kenapa berani? Kenapa konyol?

Berani karena keputusan itu aku ambil di saat permasalahanku (baca:utang) masih menumpuk. Konyol karena keputusan keluar itu aku ambil tepat tanggal 31 Desember, yang notabene masih kurang 7 hari lagi terima uang pengganjal perut! So, bisa di tebak, bulan Januari ini pemasukan di kantong mungilku nihil alias kosong alias gak onok blas!

Hua…….. trus gimana aku harus mengatasi utang-utangku yang kata Tito* “Sak Indonesia Raya”? Gimana harus bertahan hidup di awal tahun 2006 yang mencekam ini? Yok opo iki? Hua………

*Tito adalah tetangga depan rumah, bertubuh subur, berkulit hitam, manusia yg sarat akan banyolan.

Susahnya jadi orang malas!

120406

Lima bulan lebih skripsi yg aku kerjakan mangkrak nggak tau juntrungannya. Padahal, saat pertamakali mutusin buat “go a head” September 2005, semangat dikepala sangat membara. Pokoknya, skripsi ini harus udah kelar paling lambat awal Juni 2006, buat ngejar wisuda.

Just 4 information, dikampusku wisuda dilaksanakan dua kali dalam setahun, Februari dan Juli.

Realistis ajalah, mau ngejar wisuda Februari 2006 jelas nggak mungkin, aku tahu dan sadar kok siapa aku? Selain termasuk kategori orang moody, aku termasuk kategori MTSM (Manusia Tramat Sangat Males). Well, bisa ditebaklah wisuda Juli 2006 yg jadi pilihanku.

Tapi benar kata pepatah kuno, manusia hanya bisa merencanakan tapi Tuhan jualah yg menentukan. Jadwal yg udah aku susun rapi dan penuh perhitungan akhirnya mentah juga. Bahkan bisa dibilang udah busuk nggak karu-karuan.

Target ngejar wisuda Juli pun terpaksa harus mundur lagi. Pasalnya, sampai bulan kelima sejak September 2005 belum ada kemajuan apa-apa. Hanya judul yg berhasil aku ajukan…

Sial-sial! Merana banget jadi orang pemalas.

Selasa, 110406, 10.00 WIB

Aku sempetin telpon Angie a.k.a Novita (teman KKN) buat sekedar Say Hello. Kangen banget euy hampir dua bulan nggak pernah contact. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, tiba-tiba makhluk berjenis kelamin wanita itu nanyak tentang skripsiku.

“Eh mik, skripsimu gimana? Dah kelar? Kapan dong kelarnya?Cepetan diselesain, teman-teman udah banyak yg lulus lho”. Pikirku, kampret nih anak pertanyaan satu belom kejawab udah disusul dg pertanyaan dua dan ketiga yg kayaknya udah nggak membutuhkan jawaban, cuman kepastian doang…

Dengan suara pelan, berat, dan agak lesu, akupun menjawab “Ehm… belom gie, aku lagi males!”.

Rabu, 120406, 08.00 WIB

Telpon rumah bunyi. Ternyata interlokal dari mama di Madura. Kebetulan aku lagi tidur. Setelah dibangunin…

Mama : “Mik, udah jam delapan kok masih tidur. Nggak sholat subuh ya?”
Miki : ( tau sendiri kan kondisi bangun tidur, raga dan ruh masih sedikit terpisah ) “Ehm…sapa ini, mama? Waduh, iya….nggak sholat subuh, kesiangan. Tadi tidur agak pagian. Jadinya mata agak nge-riben. Eh, ada apa ma kok tumben telpon jam 8? awas abis banyak lho ya”
Mama : “Nggak ada apa-apa. Cuman ngasih tau aja, minggu ini mama belom bisa ke sby. Kalo kamu butuh duit bulanan, teman mama ada yg ke sby. Ntar mama titipin ke dia yach”, (sambil ngasih alamat temannya yg di sby)
Miki : “Nggak ma, nggak usah. Ntar aja uang bulanannya kalo mama ke sby, lagian masih ada duit kok ma,” (padahal udah nggak ada duit sama sekali, cuman lagi-lagi penyebabnya males ngambil duit di daerah sda. Makanya berlagak “sok berada”)
Mama : “Benar masih ada? Ya udah. Eh, skripsinya gimana kapan selesainya?tahun ini harus selesai lho, teman-temanmu udah banyak yg lulus”.
Miki : (agak males ngejawab) “Iya, aku usahin tahun ini kelar”.

Rabu, 120406, 08.15 WIB

Sembari duduk di ruang tengah dengan gelas berisi air putih ditangan, aku sempet mikirin kata-kata Mama & Angie. “Bener juga ya. Udah lima bulan lebih maju skripsi tapi belom ada perkembangan berarti. Pokoknya tahun ini harus selesai! Nggak peduli walau harus wisuda Februri 2007. Yang penting lulus dulu,”.

Tanpa pikir panjang, aku pun berangkat ke kampus nyerahin skripsi BAB I,II,III. Sampai dikampus, ternyata ada pengumuman ujian seminar dan lesan yg akan diadain senin besok. Iseng-iseng aku lihat siapa saja peserta sidang.

Duengggggg………Kamprettt!!! Ternyata hampir semua temen-temenku pada maju ujian. Bahkan adik tingkat yg dulu pernah aku “ospek” dimasa orientasi juga udah banyak yg maju.

Moga aja skripsiku bisa kelar tahun ini. Biar nggak ditanyain terus sama Mama. Biar nggak disindir terus sama Angie. Aku mau buktiin kalo aku mampu dan nggak semalas yg orang kira. Insyaallah…. Amien…..

Thank’s God!

Selasa,180406

Erpe (baca:duit) memang bukanlah segala-gala. Tapi tanpa erpe orang bakal kesulitan ngelakuin segala yg diinginkannya.

Apalagi dijaman yg serba modern ini. Semua serba dinilai dg erpe! Bahkan untuk buang hajat kecil yg biasanya gratis pun, kini harus ngeluarin erpe.

Karena itulah, apapun akan dilakukan demi erpe. Nggak peduli halal / haram. Selama bisa menghasilkan uang, sikat abis! Biar pun dg jalan menindas, memaksa, atau pun cara kotor lainnya.

Bahkan ada yg bilang, untuk masa-masa kedepan semua orang di dunia bakal menjadi kapitalis! Suatu masa yg sangat mengerikan.

Well, pernyataan diatas mungkin terlalu berlebihan. Tapi nggak salah juga. Pasalnya hanya dengan menjadi kapitalis mereka bisa survive dijaman yg semakin kejam dan tak bermoral ini.

Karena erpe yg ujung-ujungnya untuk urusan kepuasan (baca:nge-net) itulah, sejak dua hari lalu aku rela kerja jadi kurir (tukang kirim) surat tagihan PT Telkom, Tbk, bersama tiga orang temanku. Untungnya sih jalan yg aku ambil masih jalan halal.

Surat yg harus aku kirim total berjumlah 100 lembar dan harus terkirim semua paling lambat tiga hari. Area pengiriman meliputi Surabaya Pusat dan Surabaya Utara. Untuk setiap surat yg terkirim aku hanya mendapat 1500 rupiah. Ingat digaris bawahi 1500 rupi-ah!!! Jadi kalo terkirim semua, erpe yg akan didapat total berjumlah 150 rebu!
Jumlah itu nantinya masih dikurangi ongkos bensin 60 rebu (@ Rp10.000,- x 2 spd mtr x 3 hr). Jadi sisanya tinggal 90 rebu. Sisa itupun masih harus dibagi empat lagi. Nilai akhir erpe yg digenggam tiap orang kurang lebih 22,5 rebu!!! Itu kalo terkirim semua, kalau tidak? Tentunya lebih, lebih, dan lebih kecil lagi.

Sebuah nilai yg sangat kecil untuk ukuran kerja tiga hari. Berpanas-panas ria menyeruak crowded-nya jalanan kota. Menahan amarah kala alamat yg dituju salah (baca:kesasar). Apalagi kalau harus beradu dg bis kota, yg tak pernah ramah dg lingkungannya. Huaaaaaaaaaa…………..

Tapi aku tetap mensyukuri itu. Biar kecil, asal halal. Biar sedikit asal nikmat. Hehehe…..Dari situ aku bisa lebih memahami dan menikmati hidup yg bagi sebagian orang sangat menyiksa. Sebuah pengalaman yg penuh tantangan dan sulit untuk dilupakan.

Beautifull Memories

200406

Mahameru berikan damainya, didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa, puncak abadi para dewa….
Dewa 19

Edan!!! Setelah Merapi diberitakan akan meletus, gunung tertinggi pulau Jawa, Semeru juga dikabarkan bakal segera menyusul. Aktivitas kawah Jonggring Saloko* terus menunjukan peningkatan.

Sesepuh suku tengger pun mengaku telah mendapat wangsit yg menggambarkan puncak Mahameru meletus.**

Selain wangsit, tanda-tanda alam juga mulai tampak. Binatang-binatang mulai turun gunung. Terutama kelelawar dan monyet yg mulai banyak dijumpai diperkampungan penduduk.

Moga saja itu hanyalah firasat atau pun tanda yg salah. Semeru udah banyak memberikan kenangan yg takkan mampu aku lupakan. Dua kali aku mendaki Semeru. Semuanya meninggalkan kenangan indah.

Pendakian pertama saat masih duduk dibangku SMA. Berbekal alat serta logistik seadanya, aku berhasil mencapai puncak Mahameru dengan selamat. Pendakian kedua tahun 2005 kemarin. Walau tidak sampai puncak (kurang 1/3 menuju puncak) aku tetap merasa puas.

Nikmatnya Tujuh Bukit Penyesalan, birunya air Ranu Kumbolo, terjalnya Tanjakan Cinta, mistisnya Kali Mati, bekunya Arcapada, semua memberikan kerinduan yg takkan pernah hilang. Ingin kembali, dan selalu kembali lagi….

* Kawah Semeru
** Sumber Liputan 6 Siang SCTV, 190406

Hasrat vs Realita


190406

Gunung Merapi (2914 meter) hingga saat ini masih dianggap sebagai gunung berapi aktif dan paling berbahaya di Indonesia, namun menawarkan panorama dan atraksi alam yang indah dan menakjubkan. Secara geografis terletak di perbatasan Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang (Jateng), Kabupaten Boyolali (Jateng) dan Kabupaten Klaten (Jateng). Berjarak 30 Km ke arah utara Kota Yogyakarta, 27 Km ke arah Timur dari Kota Magelang, 20 Km ke arah barat dari Kota Boyolali dan 25 Km ke arah utara dari Kota Klaten.

Meletus lebih dari 37 kali, terbesar pada tahun 1972 yang menewaskan 3000 jiwa. Terakhir meletus pada Selasa Kliwon tanggal 22 November 1994, dengan korban tewas lebih dari 50 orang.

Dan beberapa hari belakangan, (lagi-lagi) Merapi dikabarkan bakal segera memuntahkan lahar panasnya.
Nggak bisa ngebayangin seandainya gunung itu benar-benar meletus. Bukan hanya penduduk setempat yg menjadi korban, tapi juga para pecinta gunung (baca:pendaki). Tak terkecuali aku.

Ya, keinginan yg lama terpendam untuk bisa menaklukan puncak Merapi harus kembali tertunda dalam batas waktu yg mungkin cukup lama.

Sejujurnya, rencana menaklukan gunung itu selalu mampir dikepala, terutama saat birahi mendaki mulai bergelora. Tapi sayang kendala lebih besar dari keinginan. Keinginanan tinggallah asa yg tak kunjung tercapai. Kesibukan harian yg tidak bisa ditunda sampai keterbatasan dana yg memang sangat cekak selalu menunda keberangkatan.

Aku juga heran dan nggak tahu, kenapa keinginan sampai ke Merapi begitu menggebu. Apalagi kalo sudah mendengar cerita teman yg pernah berangkat ke sana. Tentang keindahan panoramanya, jalanan sertu (pasir-batu) menuju puncak. Semua begitu menggoda dan menantang.

Ingin rasanya menatap sunrise dari atas puncak Merapi. Bertahan dalam dingin kabut pagi yg menyelimuti sembari menikmati secangkir kopsus (baca:kopi susu). Sungguh suasana damai yg mahal harganya.

Tadi pagi saat baca Jawa Pos, ada berita yg mengabarkan status siaga I belum berubah. Ini menyusul aktivitas Merapi yg terus menunjukan tanda-tanda peningkatan. Rekahan tanah puncak telah mencapai panjang 4,9 meter. Ini berarti bertambah 12 centimeter tiap harinya. Sempat terjadi guguran material. Kubah lava terus mendesak naik menuntut untuk segera dimutahkan.

Sebuah berita yg sangat meresahkan. Walau kemungkinannya sangat kecil, aku tetap berharap Merapi nggak jadi meletus! Akan berapa nyawa lagi yang bakal "kau" jadikan tumbal?!

arghhhhhhhhhhhhhh...........

190406

Dosa besar apa yg harus ditanggung bangsa Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Bencana datang silih berganti seakan tak pernah berhenti. Tsunami, gempa, tanah longsor, kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta,etc seakan jadi bagian hidup tak terpisakan bangsa ini.

Yang paling gres, menghenyak, dan sangat memilukan adalah kecelakaan kereta api yg terjadi tiga kali dalam waktu tidak lebih dari sepekan. Arghhhhh…… human error ataukah murka Tuhan yg memuncak? Wallahualam.

Serdang Bedegai, Medan, Sumut, 14 April 2006

1st dari runtutan tragedi memilukan. Dua kereta api (KA) barang bertabrakan. Dua orang tewas. Hasil penyelidikan mengungkap, penyebabnya akibat human error. Kecerobohan masinis.

Grobokan, Jateng, 15 April 2006, 02.15 WIB

Kejadian kedua sehari setelah kecelakaan di Medan. Kali ini menimpa dua KA penumpang beda kasta yakni KA Sembrani dan KA Kertajaya jurusan Jakarta-Surabaya. Saking dasyatnya, badan dua kereta terlempar jauh dari rel. Lokomotiv dan gerbong kereta terpisah bercerai-berai.

Setelah ditelusuri penyebabnya, lagi-lagi (kebetulan/tidak) human error kecerobohan masinis.

Masinis KA Kertajaya menjalankan kereta sebelum ada komando dari Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Akibatnya 14 orang tewas, 30 lainnya luka-luka.

Kali Bata, Pancoran, Jaksel, 18 April 2006, 15.15 WIB

Kereta Listrik (KRL) jurusan Jakarta-Bogor menghantam Metromini S64 jurusan Pasar Minggu-Cililitan di perlintasan KA Kalibata. Metromini terseret sejauh kurang lebih 300 meter. Badan Metromini hancur tak berbentuk.

Korban tewas berjumlah enam orang, empat lainnya kritis. Semua berasal dari penumpang Metromini.

Penyebabnya, lagi, lagi, dan lagi akibat human error. Tapi kali ini berbeda dengan dua kasus diatas. Sopir Metromini memaksa menerobos palang perlintasan KA yg memang kala itu kurang menutup sempurna. Tabrakan dasyat pun tak terhindarkan.
Sumber : Harian Pagi Jawa Pos edisi 15,16,19 April 2006

Tiga kejadian itu cukup memukul terutama bagi Dinas Perhubungan dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) yg dalam beberapa tahun belakangan terus berusaha memperbaiki sistem dan kinerjanya.

Okelah kita semua sadar. Semua kejadian memang telah digariskan Yang Maha Kuasa. Pahit-manis, suka-duka, hitam-putih, merupakan dua sisi kehidupan yg sudah ditakdirkan. Kita tidak bisa meminta ataupun menolaknya. Begitu juga dengan bencana.

Lalu, akankah kita berpasrah diri, duduk diam memangku tangan tanpa melakukan langkah berarti melihat kejadian yg juga disebabkan kecerobohan manusia itu? Harus berapa nyawa lagi yg akan melayang sia-sia? Berapa karangan bunga lagi yg harus dikirim kerumah duka?

Nggak ada gunanya juga mencari siapa yang salah dan harus bertanggungjawab atas kejadian-kejadian itu.

Semua harus sadar. Semua harus peduli. Semua harus mempunyai keinginan berubah yg kuat. Sehingga, bencana bisa dieliminir (baca:dikurangi). Dan bangsa Indonesia menjadi bangsa yg aman, damai, sejahtera. Semoga….

Monday, May 01, 2006

lalala.....

28 September 2005, siang 11.00 WIB

Wuih juenuh puolll!!! Bayangin, udah 28 hari ini aku nganggur. 28 hari nggak ngelakuin kegiatan yang berarti (baca: yg bisa dapat duit). Kerjanya cuma tidur, mandi, makan, godain Bintang (ponakanku), berangkat ke kampus (baca: ngecengin cewek), pulang, tidur lagi, begitu seterusnya siklus hidup pengacara yang sedang aku jalanin.

Duit di kantong kering, mau ngapain pun serba bingung. Ngalah-ngalahin orang lumpuh, jancok!

Kemarin sempat sih cari pinjaman duit, tapi nggak ada yang sukses. ”Sori cong aku juga lagi bokek,” begitu jawaban yang selalu aku terima dari setiap teman yang coba aku minta bantuannya.

Ya udah, akhirnya, hari ini, yang seharusnya agendaku ke kampus buat ngurus skripsi terpaksa aku batalin. Nggak ada semangat lagi buat keluar rumah tanpa Rp yang tersisa di dompet.

Lalalalala….dududu…..daadada…. Aku hanya bisa bernyanyi sambil sesekali dengerin lagu-lagu Pehabe yang liriknya banyak kesamaan dengan garis hidup yg aku jalanin.
Dududdudu….

miz u

10 september 2005, siang 10.00 WIB

Tadi malem pukul 21.08 WIB hpku berbunyi….Tulit! Singkat banget bunyinya, maklum hp murah gak bisa di setting dg pilihan ringtone menarik. Oh, ternyata ada sms masuk.

Saat aku buka, nomernya nggak familiar sama sekali, 08183995xxx. Hmmm, nomer siapa ya? Dengan penuh selidik aku baca isinya bla…bla…bla…

Oala ternyata dari si Tompel (mantan rekan kerja di Det yg mengalami nasib serupa denganku. Dipecat tanpa pesangon! hehehe…) Si Tompel nanyain, bener nggak aku keluar dari Det.

Busyet! Tau dari siapa tuh anak kemalangan yg lagi menimpaku. Perasaan sejak keluar dari Det, dia gak pernah kontak-kontakan. Di hubungin pun sulitnya minta ampun. Kayaknya udah ilang ditelan bumi.

Isi persis messagenya spt ini: ”Mik…kon g nang det maneh yo!lapo kon saiki?pa kabar cong… iki tompel cux..kangen pek mbe awakmu! Hehehe…”

Wuah, aku juga kangen banget cux. Sayang aku lagi nggak punya pulsa (maklum pengaguran), jadinya nggak sempat bales sms lu.

Oya, aku sempet punya rencana ngadain reuni dengan alumnus Det (yg kepecat atau yg keluar atas kemauan sendiri). Siapa tau dari situ bisa terjalin hubungan yg saling menguntungkan. Maksudnya ada celah bisnis yg bisa dimasukin gitu, lumayan kan?! Ya, setidaknya bisa buka usaha bareng, biarpun sekedar buka warung kopi…

as@ teRsis@?

9 september 2005, malem 19.00 WIB

Sembilan hari udah jadi pengacara (baca:pengangguran banyak acara). Ya, sejak resmi dikeluarin dari Det JP, aku memang masih belum melakukan langkah berarti untuk mencari kerja baru. Semua masih dalam batas ”ingin coba”.

Aku sih berharap besok (kebetulan hari Sabtu banyak lowongan kerja di Koran khususnya JP) ada lowongan yg cocok dan sesuai dengan keinginanku. Setidaknya yg nawarin salary layak dan tanpa tekanan teramat sangat. Amien…

Jadi agendaku besok, bangun pagi-pagi, sholat subuh langsung nunggu loper Koran. Buka lembaran Koran yg berisi loker (lowongan kerja). Teliti dengan seksama, jangan sampai ada lowongan mengiurkan terlewatkan hanya gara-gara mata masih belum kuat melek, hehehe..

like a bird

9 september 2005 siang 14.00 WIB

”Kecewa? Nggak juga tuh”. Itulah sepenggal kalimat yang meluncur dari bibirku saat teman-teman kantor pada nanyain tentang perasaanku beberapa saat setelah resmi keluar (dikeluarin atau keluar ya? Kayaknya dikeluarin deh, huahaha…) dari perusahaan media terbesar kedua di Indonesia, Jawa Pos Grup (DetEksi).

Sumpah! Nggak ada kekecewaan yang teramat sangat dalam diriku. Biar dikata, disana aku cukup lama. Hampir dua tahun pren!

Aku sih mikirnya, keluar dari situ bukan berari hidupku berakhir. Roda kehidupan terus berputar, nggak hanya berhenti di situ ( ya gak?!). Toh, tempat itu juga bukan tempat impian buat gantungin cita-cita.

Aku masih muda (22), jalanku masihlah panjang (insyaallah). Tanpa Jawa Pos pun aku masih bisa hidup, aku masih bisa makan, masih bisa bercanda, bisa beli es teh buat sekedar cangkruk di malam hari, etc.

Tapi, jujur aja, dari lubuk hati yang pualing dalem sempat juga ada rasa kecewa. Ya, kecewa! Kenapa emang? bingung? Nggak, aku nggak plin-plan.

Aku kecewa bukan karena keluar dari kerjaan itu pren. Aku kecewa karena cara keluarku yang aku anggap sangat menyakitkan.

Sejak awal kerja, aku komit nggak bakal keluar karena dikelurin. Aku mau keluar karena emang keinginan dari dalam hati yg paling dalem. Dan itu emang sudah aku lakuin.

Pertengahaan Agustus kemarin aku sudah mutusin resign. Sayangnya, desakan si Oji’ (editorku) untuk terus masuk kerja membuatku terpaksa kembali memasuki lembah nista tadi. Dan kemarin (31/8/05), aku bener-bener nggak nyangka dipecat secara sepihak, hiks...

Kronologis kejadiannya, pada jumat lalu (lupa tanggalnya, yg pasti sebelum tanggal 31 Agustus) ada evaluasi penulis. Berhubung waktu itu aku sama Doni Aprilliaananda ( bukan Azrul Ananda lho ya?) lagi mudik (pulang ke rumah gw dikampung halaman) jadi kita nggak sempat dievalausi.

Akhirnya, tanggal 31 (sory jamnya juga lupa, yang pasti selepas baghda isya’) pas lagi makan malam di Pujasera lantai bawah (kantorku di lantai 4) bareng Buz, Reza, pacare Reza. Aku ama Doni di suruh mbak Ira (Koordinator Umum Det) naik ke atas. Katanya ada evaluasi. Ya udah kita pun naik.

Nyampe di atas, ternyata nggak langsung evaluasi. Penyebabnya, para koordinator (pengevaluasi) pada sibuk dengan kesibukan masing-masing. Ada yang masih sibuk dengan halaman, ada juga yang sibuk dengan telponnya.

Daripada bengong nunggu eksekusi, eh evaluasi, aku ajak Doni main tennis meja. Gabung juga si Pan-Pan dan Yondang (anak surveyor yg coba peruntungan jadi penulis dan pembuat kuesioner).

Pas lagi enak-enaknya main, Topan datang dan langsung nyuruh Doni masuk ruang meeting untuk evaluasi.

Sekitar tiga puluh menit, Doni keluar, trus manggil aku. Katanya, sekarang giliran aku. Ongkeh, stop tennis! Aku pun bergegas ke ruang meeting.

Sampai di dalam sudah ada pengeksekusi, (wuih salah lagi, maksudku pengevaluasi) yg terdiri dari para koordinator (Topan, Sani, Doni R, Puji). Setelah basa-basi sebentar, Puji langsung ngomong kalo kontrakku di Deteksi nggak diperpanjang lagi.
Duenggg!!!! (tapi nggak sekeras tabuhan drum kosong), Jantungku serasa berhenti berdetak (ceile, nggaklah, nggak segitunya). Untungnya, aku segera bisa mengontrol keadaan. Aku mencoba tenang dan tabah (huahaha… tabah euy).

Abis mutusin kontrak kerjaku, Puji serahkan langsung tongkat pembicara ke Topan (sebagai koordinator penulis) untuk menjelaskan kenapa kontrakku nggak diperpanjang. Dengan sigap, Topan langsung membeberkan dosa-dosaku plus permasalahan inti kenapa aku di non aktifkan. Bla-bla-bla…...

Kampret! Tau gini, mending aku bulat keluar pertengahan Agustus kemarin. Lebih lega, lebih puas. Kalo gini? Aku ngerasa terhina, ngerasa kalah, ngerasa jadi pecundang. Jancokkk!!!

Untung aja aku ingat perkataan bokap dan nyokap saat curhat masalah kerjaan (baca:kantor) pas mudik beberapa waktu lalu. Mereka dengan bijaksana berucap, ”Udahlah le, kalo emang gak kuat kerja di sana ya nggak usah dipaksain. Tapi, jangan lupa, keluarnya dengan baik-baik. Jangan sampai keluar membawa dendam,”.

Fuih, berat emang. Pasalnya, aku keluar dengan cara nggak baik. Aku dipecat! Okelah, aku berusaha nggak dendam ke siapa aja di kantor lama. Tapi ini semata-mata demi orang tuaku.

Untung juga, aku masih punya cukup banyak teman yang mau ngerti dan terus memberikan support untuk terus hidup. Doni A, Buz, Inem, Poe, Yudha, Fiki, Zainal, mbak Ira, etc. Thanks pren, dukungan kalian berarti banget..

Aku janji bangkit lagi. Aku ingin kerja lagi. Dapat duit lagi. Beliin bokap baju, beliin nyokap tas, beliin adek-adekku mainan. Tapi entah kapan…..